Jujur
adalah sebuah kata yang sangat mahal harganya. di zaman sekarang ini susah sekali
mendapatkan orang jujur. karena kejujuran berarti mempertaruhkan kehidupan
duniawi. tapi apalah artinya kehidupan duniawi bagi orang-orang yang beriman.
itu tak lebih hanya hiasan belaka yang suatu saat pasti akan lusuh dan
ditinggalkan.
Bermula
dari pemikiran di atas, maka aku mengarahkan anak-anakku untuk selalu bersikap
jujur. sehingga dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari kami selalu tampak
harmonis dan menerima dengan ikhlas apapun yang akan terjadi atau apapun yang
terlihat dan nampak di depan mata.
untuk
mendukung program rumah tangga kami dalam menciptakan anak-anak yang jujur,
kami menyekolahkan anak-anak pada sekolah Islam Terpadu. Alhamdulillah,
kejujuran memang sangat ditanamkan. anak-anak saya tidak ada yang berniat
ataupun melakukan contek mencotek. apalagi berusaha mencari bocoran soal.
ketika saya pancing anak saya dengan pertanyaan : “nak, kenapa tidak ke rumah
tetangga sebelah yang bisa memberikan jawaban untuk UN besok?”. Beginilah
jawaban anakku : “bu, itu dosa, untuk apa aku belajar susah payah selama ini?
untuk apa guruku mengajari selama ini? untuk apa ayah dan ibu memintaku jujur
selama ini?”
Oh,
alangkah bahagia hatiku tatkala mendengar jawaban tersebut, yang bisa keluar
dari mulut anak SD Islam Terpadu. ternyata di sekolah tersebut
betul-betul menanamkan nilai-nilai kejujuran.
Selain
itu ada yang membanggakan bagi kami, anak-anak betul-betul diperhatikan satu
per satu. tidak ada jarak antara guru dan murid, ketika suatu saat saya melihat
anak saya bergelayut di lengan sang guru, sang guru malah tampak senang dan
bercengkrama dengan mereka. aku membayangkan jika ini terjadi di sekolah SD
Negeri, sudah dapat dipastikan anak-anak tersebut akan dimarah. hadauuuu……
Lantas jika dilihat gaji guru-guru Sekolah Islam Terpadu tersebut, ternyata
jauh dibawah gaji guru-guru yang berstatus pegawai negeri. Jadi siapakah
sebetulnya yang layak menuntut kenaikan gaji? Siapa yang layak disebut guru
yang berbakti? Siapa sebetulnya yang layak disebut Guru?
Semua
masih dalam kelam.
*)Sumber
: edukasi.kompasiana.com
Posting Komentar